MENCONTEK
By amieopee
Pasti
nggak asing mendengar kata mencontek kan? Atau pernah mengalaminya. Mencontek atau
dicontek? Hehe..inget jaman sekolah dulu. Tapi walaupun aku nggak pintar
banget, aku nggak pernah mencontek. Ini asli bukan hoax. Mau nyontek gimana,
belum apa-apa udah keluar keringat panas dingin. Berasa ada wajah bapak ibu
guru dimana-mana. Pernah ada satu kejadian, niat hati mau mencontek, belum juga
mencontek baru menengok ke belakang, eh sudah di panggil namanya sama bapak
guru. Alhasil nggak jadi deh. Maka berdasarkan pengalaman itu, aku nggak pernah
apalagi berencana untuk mencontek.
Saat
ini aku ketemu lagi yang namanya mencontek. Tapi bukan sebagai murid. Pas UTS
seperti ini, aku mengawasi peserta didik yang sedang melaksanakan Ulangan Tengah
Semester. Melihat ekspresi peserta didik yang akan mencontek, rasanya geli. Aneh-aneh.
Padahal dalam materi pembelajaran Bimbingan dan Konseling sudah disinggung
tentang mencontek, tapi masih saja ditemukan peserta didik yang tidak
mempersiapkan diri menghadapi UTS. Hal ini yang memicu peserta didik
menghalalkan aksinya untuk mencontek. Mencontek kelihatanya hal yang sepele, padahal
masalah menyontek sesungguhnya merupakan sesuatu yang sangat mendasar.
Mengutip
dari Abdullah Alhadza yang
mengatakan bahwa “menyontek”
adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang
sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari
kegagalan akademis. Melihat dari hal tersebut, apabila kita
( orang tua, guru atau siswa ) membiarkan perilaku mencontek itu ada, maka kita
membiarkan peserta didik atau diri kita ( yang mencontek ) melakukan kegiatan
yang tidak jujur. Dan perbuatan itu adalah DOSA. Maka aku ingin mengulas
kembali mater yang ada pada Bimbingan dan Konseling tentang mencontek agar
peserta didik meninggalkan perbuatan mencontek tersebut.
Faktor Penyebab dan Akibat Menyontek
Faktor dari dalam diri sendiri
Faktor dari Guru
Faktor dari Orang Tua
Faktor dari Sistem
Pendidikan
Akibat Menyontek
Bagi yang menyontek ketahuan oleh pengawas dapat
dipastikan bagaimana kisah selanjutnya. Bisa dikeluarkan dari ruang ujian dan
menanggung malu, dan bahkan lebih fatal lagi adalah adalah didiskualifikasi dan
dinyatakan tidak lulus ulangan. Ilmu yang didapatkan dengan tidak jujur,
biasanya tidak membawa barokah. Jangan-jangan mereka yang menganggur setelah
lulus karena ilmu yang diperolehnya selama sekolah didapatkannya dengan cara
yang tidak jujur pula. Hannya Tuhan yang tahu.
CARA PENANGGULANGAN MENYONTEK
1) Faktor pribadi dari
penyontek
(a) Bangkitkan rasa
percaya diri
(b) Arahkan self consept
mereka ke arah yang lebih proporsional
(c) Biasakan mereka
berpikir lebih realistis dan tidak ambisius
2) Faktor Lingkungan dan Kelompok
Ciptakan kesadaran
disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral.
3) Faktor Sistem Evaluasi
(a) Buat instrumen evaluasi yang valid dan
reliable (yang tepat dan tetap)
(b) Terapkan cara pemberian skor yang
benar-benar objektif
(c) Lakukan pengawasan yang ketat
(d) Bentuk soal disesuaikan dengan
perkembangan kematangan peserta didik dan dengan mempertimbangkan prinsip
paedagogy serta prinsip andragogy.
4) Faktor Guru/ Dosen
(a) Berlaku objektif dan terbuka dalam
pemberian nilai.
(b) Bersikap rasional dan tidak ”menyontek”
dalam memberikan tugas ujian/tes.
(c) Tunjukkan keteladanan dalam perilaku
moral.
(d) Berikan umpan balik atas setiap
penugasan
Semoga tulisan tentang mencontek ini bermanfaat bagi
kita semua. Dan bisa membuat pelaku pencontekan sadar kembali ke jalan yang benar. Hargailah diri kita sendiri.
BalasHapusSMA kadang nyontek, pas kuliah udah nggak . 😂😂 soalnya pasrah..