WANITA-WANITA KONTRAKAN
By amieopee
Namaku Diana. Aku adalah anak ke
tiga dari tiga bersaudara. Semua saudaraku adalah perempuan. Kakak-kakakku
semuanya sudah berkeluarga. Kami adalah keluarga keturunan Arab India. Tapi kami
tinggal disebuah kota di Indonesia. Aku dan saudara-saudaraku lahir di
Indonesia. Ibuku yang keturunan Arab India mendapat suami asli Indonesia.
Semua kakakku, tidak ada yang
kehidupannya berhasil. Karena semuanya sudah
berpisah dari suaminya. Setelah mereka bercerai dari suami mereka, kakak-kakakku
ini tinggal bersama orang tuaku. Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan keluarga
kami. Walaupun rumah kami besar, tapi kehidupan didalamnya sangat kacau. Ditambah
dengan 7 orang keponakan yang masih kecil-kecil. Ibuku yang biasa menjadi ibu
sekaligus kepala keluarga, sangat santai menjalani semua ini. Karena papaku sudah meninggal 4 tahun silam. Tak terasa beban
sedikitpun. Sampai pada akhirnya kehidupan kami pada titik 0. Tak punya
apa-apa.
“ Ma, boleh ya? Ini
Cuma tiga bulan. Aku akan dapat uang 50 juta.” Kata kak Naila kakaku no. 2
“ Terserah kamu,
itu kehidupanmu.” Jawab mamaku.
Aku masih
meraba-raba percakapan mama dan kakakku. Sampai aku menemukan jawabannya. Kakakku
akan kawin kontrak dengan orang kebangsaan Arab tapi memperoleh bayaran 50 juta
dalam 3 bulan. Perkawinan macam apa ini? Kebingungan masih menyelimuti hatiku. Tapi
perkawinan itu tetap berlangsung.
Entah karena kebutuhan atau
keinginan, perkawinan kontrak itu tidak hanya berlangsung 3 bulan saja. Tapi bersambung
sampai bulan-bulan berikutnya. Dengan berganti pasangan. Pemandangan seperti
ini aku melihatnya. Karena tinggal dirumah kami. Dan tidak berhenti pada
kakakku yang no.2 saja, kakak-kakakku yang lainnya juga menjalani kawin kontrak
itu. Alhasil, dalam satu atap ada 2 pasangan kawin kontrak yang menurutku tidak
lazim. Aku mulai muak dengan kehidupan
keluargaku ini. Baik mamaku dan kakak-kakakku menjalani tanpa beban dan risih
dengan tetangga-tetangga.
Sampai pada suatu malam, aku
mendengar percakapan kakak-kakaku diruang tengah.
“ Nai, bagaimana
kalau Diana kita kawinkan dengan teman Yos suamiku. Tadi malam dia minta aku
untuk carikan istri. Cuma 3 bulan stay disini.”
“ Ngomong aja
sama Diana. Tapi adik kita masih perawan, mahal ini.” Jawab Nai sambil ngakak
tak berdosa.
Kupingku panas
tak karuan mendengar itu. Langsung saja kubuka pintu kamarku dan kupandangi
mereka semua. Kakak-kakakku pun kaget bukan main.
“ Apa maksud
kalian semua? Aku tidak pernah ikut campur dengan urusan kalian, walau aku muak
dengan melihat kelakuan kalian! Perempuan-perempuan pendosa!” teriakku penuh
emosi.
“ Eh Diana! Kamu
anak kecil tak tahu sopan santun! Kami itu kakak-kakakmu, kamu makan juga pakai
uang para pendosa tahu!”
Akupun berlari
masuk kamar dan menangis sejadi-jadinya. Benar kata kakaku, apa bedanya aku
dengan mereka? Sama-sama menikmati uang haram.
#onedayonepost
#odop_6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar