Jumat, 19 Oktober 2018

WANITA-WANITA KONTRAKAN


WANITA-WANITA KONTRAKAN
By amieopee

                Namaku Diana. Aku adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Semua saudaraku adalah perempuan. Kakak-kakakku semuanya sudah berkeluarga. Kami adalah keluarga keturunan Arab India. Tapi kami tinggal disebuah kota di Indonesia. Aku dan saudara-saudaraku lahir di Indonesia. Ibuku yang keturunan Arab India mendapat suami asli Indonesia.
                Semua kakakku, tidak ada yang kehidupannya berhasil.  Karena semuanya sudah berpisah dari suaminya. Setelah mereka bercerai dari suami mereka, kakak-kakakku ini tinggal bersama orang tuaku. Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan keluarga kami. Walaupun rumah kami besar, tapi kehidupan didalamnya sangat kacau. Ditambah dengan 7 orang keponakan yang masih kecil-kecil. Ibuku yang biasa menjadi ibu sekaligus kepala keluarga, sangat santai menjalani semua ini. Karena papaku sudah meninggal 4 tahun silam. Tak terasa beban sedikitpun. Sampai pada akhirnya kehidupan kami pada titik 0. Tak punya apa-apa.
“ Ma, boleh ya? Ini Cuma tiga bulan. Aku akan dapat uang 50 juta.” Kata kak Naila kakaku no. 2
“ Terserah kamu, itu kehidupanmu.” Jawab mamaku.
Aku masih meraba-raba percakapan mama dan kakakku. Sampai aku menemukan jawabannya. Kakakku akan kawin kontrak dengan orang kebangsaan Arab tapi memperoleh bayaran 50 juta dalam 3 bulan. Perkawinan macam apa ini? Kebingungan masih menyelimuti hatiku. Tapi perkawinan itu tetap berlangsung.
                Entah karena kebutuhan atau keinginan, perkawinan kontrak itu tidak hanya berlangsung 3 bulan saja. Tapi bersambung sampai bulan-bulan berikutnya. Dengan berganti pasangan. Pemandangan seperti ini aku melihatnya. Karena tinggal dirumah kami. Dan tidak berhenti pada kakakku yang no.2 saja, kakak-kakakku yang lainnya juga menjalani kawin kontrak itu. Alhasil, dalam satu atap ada 2 pasangan kawin kontrak yang menurutku tidak lazim. Aku mulai  muak dengan kehidupan keluargaku ini. Baik mamaku dan kakak-kakakku menjalani tanpa beban dan risih dengan tetangga-tetangga.
                Sampai pada suatu malam, aku mendengar percakapan kakak-kakaku diruang tengah.
“ Nai, bagaimana kalau Diana kita kawinkan dengan teman Yos suamiku. Tadi malam dia minta aku untuk carikan istri. Cuma 3 bulan stay disini.”
“ Ngomong aja sama Diana. Tapi adik kita masih perawan, mahal ini.” Jawab Nai sambil ngakak tak berdosa.
Kupingku panas tak karuan mendengar itu. Langsung saja kubuka pintu kamarku dan kupandangi mereka semua. Kakak-kakakku pun kaget bukan main.
“ Apa maksud kalian semua? Aku tidak pernah ikut campur dengan urusan kalian, walau aku muak dengan melihat kelakuan kalian! Perempuan-perempuan pendosa!” teriakku penuh emosi.
“ Eh Diana! Kamu anak kecil tak tahu sopan santun! Kami itu kakak-kakakmu, kamu makan juga pakai uang para pendosa tahu!”
Akupun berlari masuk kamar dan menangis sejadi-jadinya. Benar kata kakaku, apa bedanya aku dengan mereka? Sama-sama menikmati uang haram.

#onedayonepost
#odop_6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HIJRAH

Membaca buku ini, KHODIJAH belum juga kelar-kelar. Atau semakin menuju ke tahap penyelesaian, tergambar bagaimana kehidupan Khodijah ...