WASTRO ( 3 )
By amieopee
Lagi-lagi harus berbicara
denganmu dengan mengesampingkan amarahku. Menjaga perasaanmu dan selalu
mengabaikan perasaanku sendiri. Kadang terpikir dalam hati ingin ku kibarkan
bendera putih, sebagai tanda ketidaksanggupanku menghadapi dirimu. Setiap percakapan
biasa selalu berakhir dengan emosi dan amarah. Tapi tak lupa aku beristifar. Andai
saja bukan aku...
“ Sudah kubilang, aku pasti bangun!”
katamu dengan suara meninggi.
“ Kapan? Ini sudah siang! Mau buka
jam berapa warungnya?”
“ Pasti buka!” lalu kamu membalikkan
tubuhmu dan melanjutkan tidur.
Tanpa memperdulikanku kamu
melanjutkan tidurmu. Untung anak kita sudah pergi ke sekolah. Jadi dia tak
harus melihat perdebatan kita saat ini.
Lalu
kuteruskan aktifitasku. Kuabaikan perasaanku yang yang teramat sakit ini. Dari dari subuh, aku
udah mencuci dan memasak, mengantarkan anak sekolah dan sekarang aku masih
beberes rumah dan menyetrika. Pulang kerja, istirahat, makan malam terus tidur.
Kamu tak bisa tidur malam. Kebiasaan yang tidak biasa.
Dan sejak subuh tadi kamu
malah baru mau tidur. Semalam apa saja yang kau kerjakan? Tak bisakah kau lakukan
seperti orang-orang biasanya? Apa kamu tidak bisa belajar untuk mengubah
kebiasaanmu yang kurang baik itu? Aku melihatmu
sudah bangun dan bersiap-siap berangkat ke warung. Ya kamu tetap berangkat ke
warung, kamu tetap bertanggungjawab kepada keluargamu. Tapi tak bisakah kamu
bangun lebih awal?
“ Ini aku bangun kan? Aku kerja.”
“ Jam berapa ini?” tanyaku sambil
melirik jam dinding.
“ Yang pentingkan berangkat jualan ke
warung.”
“ Terserah..”
“ Harusnya kamu itu mendukung suami,
suami bekerja itu sudah bersyukur.”
Lalu kamu berangkat ke warung
meninggalkanku dengan hatiku yang mendidih. Ingin rasanya ku menjawab semua
perkataanmu tadi. Kurang bersyukur apa coba aku? Yang aku mau kamu bisa bangun
pagi. TITIK!!!
#tantanganODOP4
#onedayonepost #odopbatcth6
#fiksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar