13
A
By
amieopee
Antrian
di stasiun siang ini begitu sesak. Transportasi yang satu ini, masih viral saat
ini. Selain harganya terjangkau, waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibanding
transportasi darat lainnya seperti mobil atau bis. Ya, kereta api. Kereta api
menjadi transportasi pilihanku siang ini. Selain ingin
cepat sampai, rinduku pada anakku segera ingin kutumpahkan. Tawaran teman-teman yang membawa mobil sampai
terabaikan. Aku sudah fall in love sama kereta api. Mencium aroma solar yang membuat kepalaku
langsung pusing dan perutku mual tak kutemukan lagi.
Setelah
mendapatkan tiket, aku segera masuk ke gerbang sesuai tiketku. Kereta api ini,
semakin memberikan layanan yang baik untuk publik. Deretan kursi-kursi
didalamnya semakin rapi. Warna biru pada kursi membuat semakin sedap dimata.
Dan satu lagi, jarak antara kursi yang satu dengan yang lain sekarang agak
longgar, membuat semakin nyaman duduk
disana. Ingin rasanya segera menikmati
duduk di kursiku, ditambah aroma pewangi rasa apel yang mulai tercium
olehku. Jalanku harus pelan-pelan karena penuh sesak penumpang. Belum lagi tas
dorong yang harus kubawa, semakin menghambat perjalanan ini. Kucari-cari nomer
kursi sesuai dengan tiketku. Dari pertama memasuki gerbang. Mataku terus
mencari dan mengeja tiap angka yang ada diatas dinding kereta. Akhirnya.
Tapi
rasanya aku harus menepis rasa yang sudah kubayangkan tadi. Karena kursi yang
sesuai dengan nomer tiketku, sudah ada sepasang sejoli yang duduk asyik disana.
Kuperiksa kembali tiketku dan kucocokkan dengan nomer yang ada di dinding
kereta. Disini jelas tertulis 13A/3. Kuulangi lagi dan nomer itu tidak
berganti. Berarti benar ini kursiku.
“
Permisi..” sapaku pada kedua sejoli di depanku.
Tapi
tak kudengar jawaban dari keduanya.
Kuulangi
lagi sapaanku.
“
Maaf, permisi.”
Cewek
yang disampingnya memandangiku dengan tidak enak. Dan segera memberitahu
laki-laki yang berada disampingnya untuk menanggapiku.
“
Dio, itu...” kata cewek disamping laki-laki didepanku itu.
Tapi
laki-laki yang dipanggil Dio itu tak mau peduli.
“
Permisiiii”
Sengaja
kukeraskan volume suaraku. Aku yakin dia mendengar tapi pura-pura tidak
mendengar. Lalu aku memutuskan untuk berbicara dengan sang cewek.
“
Maaf mbak, ini tempat duduk saya.” Sambil kutunjukkan tiket yang ada
ditanganku.
Si
cewek langsung memberi tanda pada cowoknya untuk pindah dari situ. Tapi
laki-laki itu lagi-lagi tak menghiraukan.
“
Maaf mbak, bisa tinggalkan kursi nomer 13 A?”
“
Apa sih! Bisa kan kamu duduk dikursi depan. Itu juga masih kosong. Ribet banget
sih!” kata laki-laki itu dengan lagak yang menjengkelkan.
“
Maksud anda? Tiket anda nomer berapa? Yang ribet itu anda, anda yang duduk
tidak sesuai dengan nomer tiket. Tapi malah menyalahkan orang lain. Aneh!”
“
Bawel banget ya, sama-sama tempat duduk aja dibuat repot.!”
Rasanya
pingin kubalik kursi itu jika aku mampu. Kalau saja aku bisa merubah jadi tobot
x,uups. Aku masih berdiri mematung didepannya. Kupandangi terus dua sejoli di
depanku. Tapi bukanya merasa tidak enak, laki-laki itu malah cuek dan
menyebalkan. Dan kesabaranku sudah habis.
“
Oke, anda mau pindah atau saya panggilkan petugas?” tantangku.
“
Oke..oke!”
Dengan
sewot laki-laki itu menarik tangan ceweknya, berdiri meninggalkan kursi 13A.
Uh, akhirnya bisa kurebahkan tubuhku yang penat ini. Bukan karena aku ngefans
dengan nomer itu. Tapi dimanapun dan kapanpun kita berada kita harus beradab.
Ada aturanya. Kalau mau duduk sesukanya ya naik
mobil pribadi. Ini kan fasilitas umum, sudah ada tiket dan aturannya
maka patuhilah. Entah kemana mereka pindah, aku tak peduli. Yang ingin
kurasakan sekarang adalah rebahan manja dikursi 13A ini untuk melepas lelah.
Menikmati perjalanan dengan ketenangan dan kenyamanan serta selamat sampai
tujuan.
#onedayonepost
#tantangan1
#fiksi
#odop_6
Salah nggak mau ngaku ya. Susah kalau ketemu orang macam tuh
BalasHapustapi ada ya
Hapus