Selasa, 01 Januari 2019

13 A


13 A
By amieopee

Antrian di stasiun siang ini begitu sesak. Transportasi yang satu ini, masih viral saat ini. Selain harganya terjangkau, waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibanding transportasi darat lainnya seperti mobil atau bis. Ya, kereta api. Kereta api menjadi transportasi pilihanku siang ini. Selain   ingin cepat sampai, rinduku pada anakku segera ingin kutumpahkan. Tawaran  teman-teman yang membawa mobil sampai terabaikan. Aku sudah  fall in love sama kereta api.   Mencium aroma solar yang membuat kepalaku langsung pusing dan perutku mual tak kutemukan lagi.
Setelah mendapatkan tiket, aku segera masuk ke gerbang sesuai tiketku. Kereta api ini, semakin memberikan layanan yang baik untuk publik. Deretan kursi-kursi didalamnya semakin rapi. Warna biru pada kursi membuat semakin sedap dimata. Dan satu lagi, jarak antara kursi yang satu dengan yang lain sekarang agak longgar, membuat semakin  nyaman duduk disana. Ingin rasanya segera menikmati  duduk di kursiku, ditambah aroma pewangi rasa apel yang mulai tercium olehku. Jalanku harus pelan-pelan karena penuh sesak penumpang. Belum lagi tas dorong yang harus kubawa, semakin menghambat perjalanan ini. Kucari-cari nomer kursi sesuai dengan tiketku. Dari pertama memasuki gerbang. Mataku terus mencari dan mengeja tiap angka yang ada diatas dinding kereta. Akhirnya.
Tapi rasanya aku harus menepis rasa yang sudah kubayangkan tadi. Karena kursi yang sesuai dengan nomer tiketku, sudah ada sepasang sejoli yang duduk asyik disana. Kuperiksa kembali tiketku dan kucocokkan dengan nomer yang ada di dinding kereta. Disini jelas tertulis 13A/3. Kuulangi lagi dan nomer itu tidak berganti. Berarti benar ini kursiku.
“ Permisi..” sapaku pada kedua sejoli di depanku.
Tapi tak kudengar jawaban dari keduanya.
Kuulangi lagi sapaanku.
“ Maaf, permisi.”
Cewek yang disampingnya memandangiku dengan tidak enak. Dan segera memberitahu laki-laki yang berada disampingnya untuk menanggapiku.
“ Dio, itu...” kata cewek disamping laki-laki didepanku itu.
Tapi laki-laki yang dipanggil Dio itu tak mau peduli.
“ Permisiiii”
Sengaja kukeraskan volume suaraku. Aku yakin dia mendengar tapi pura-pura tidak mendengar. Lalu aku memutuskan untuk berbicara dengan sang cewek.
“ Maaf mbak, ini tempat duduk saya.” Sambil kutunjukkan tiket yang ada ditanganku.
Si cewek langsung memberi tanda pada cowoknya untuk pindah dari situ. Tapi laki-laki itu lagi-lagi tak menghiraukan.
“ Maaf mbak, bisa tinggalkan kursi nomer 13 A?”
“ Apa sih! Bisa kan kamu duduk dikursi depan. Itu juga masih kosong. Ribet banget sih!” kata laki-laki itu dengan lagak yang menjengkelkan.
“ Maksud anda? Tiket anda nomer berapa? Yang ribet itu anda, anda yang duduk tidak sesuai dengan nomer tiket. Tapi malah menyalahkan orang lain. Aneh!”
“ Bawel banget ya, sama-sama tempat duduk aja dibuat repot.!”
Rasanya pingin kubalik kursi itu jika aku mampu. Kalau saja aku bisa merubah jadi tobot x,uups. Aku masih berdiri mematung didepannya. Kupandangi terus dua sejoli di depanku. Tapi bukanya merasa tidak enak, laki-laki itu malah cuek dan menyebalkan. Dan kesabaranku sudah habis.
“ Oke, anda mau pindah atau saya panggilkan petugas?” tantangku.
“ Oke..oke!”
Dengan sewot laki-laki itu menarik tangan ceweknya, berdiri meninggalkan kursi 13A. Uh, akhirnya bisa kurebahkan tubuhku yang penat ini. Bukan karena aku ngefans dengan nomer itu. Tapi dimanapun dan kapanpun kita berada kita harus beradab. Ada aturanya. Kalau mau duduk sesukanya ya naik  mobil pribadi. Ini kan fasilitas umum, sudah ada tiket dan aturannya maka patuhilah. Entah kemana mereka pindah, aku tak peduli. Yang ingin kurasakan sekarang adalah rebahan manja dikursi 13A ini untuk melepas lelah. Menikmati perjalanan dengan ketenangan dan kenyamanan serta selamat sampai tujuan.  

#onedayonepost
#tantangan1
#fiksi
#odop_6

2 komentar:

HIJRAH

Membaca buku ini, KHODIJAH belum juga kelar-kelar. Atau semakin menuju ke tahap penyelesaian, tergambar bagaimana kehidupan Khodijah ...