Kamis, 13 September 2018

ULAT, AMPLOP DAN GAWAI


ULAT, AMPLOP DAN GAWAI
By amieopee

                        Sore ini sengaja datang ke rumah baru yang belum kami tempati dengan membawa berbagai senjata perang ( sapu, kain pel, pewangi ruangan dan kawan-kawannya ). Kami bertiga berencana mengeksekusi rumah dengan senjata-senjata yang sudah kami siapkan. Alhasil sampailah kita untuk mengeksekusi rumah. Bagian belakang dieksekusi oleh abi. Bagian kamar-kamar sudah bersih dari kemarin. Nah jatah mimi mengeksekusi bagian tengah. Sedang si kakak paling sibuk karena dia bolak-balik ke depan, tengah dan belakang. Tapi nggak ngerti yang dikerjain apa. He..he..
                        Tiba-tiba kakak teriak dari pojok belakang yang membuat kami kaget.
“ Abi..mimi ada ulat
Abi dan aku langsung menghambur mendekati kakak.
“ Mana ?” tanya abi.
Kakak menunjukkan ulat bulu warna hijau yang dipegangnya tanpa takut.
“ Taruk ! gatal itu kak” teriakku.
Langsung aja kakak melempar ulat itu ke tanah. Lalu abi dengan sigap mengambilnya dengan plastik dan membuangnya jauh ke sawah depan. Setelah kami selesai bersih-bersih, aku mengeluarkan bekal makanan dan minuman yang sengaja aku siapkan tadi dari rumah. Dengan lahap kamipun menikmatinya.
“ Bi, Apa nggak sebaiknya lorong samping itu kita ratakan saja lalu dipaving atau diapakan biar nggak ada ulat kayak gitu.”
“ Ya, pelan-pelan to mi, lagian amplop gaji abi kan dah abis buat keperluan hajatan kemarin di Kudus. Sabaaar”
Aku Cuma diam sambil mikir. Yang namanya punya rumah baru pinginnya macam-macam. Inilah...itulah, kurang ini kurang itu. Asthagfirllah..kenapa lupa bersyukur ya? Belum tentu semua orang punya rumah sendiri. Ini yang sudah diberi rumah harusnya bersyukur dan tidak meminta lebih.
                        Kulihat anakku mulai mendekat pada sekumpulan anak-anak seusianya di depan rumah. Dia anak yang supel dan cepat menyesuaikan diri. Tidak lebih dari 5 menit dia sudah asyik bermain petak umpet dengan teman-temanya. Waktu menunjukkan pukul tiga sore lebih lima belas menit. Adzan Ashar berkumandang. Anak-anak yang tadi bermain berhamburan pulang ke rumah masing-masing, begitupun anakku. Keringat basah membasahi bajunya. Tapi kuliat wajahnya berbinar tanda dia bahagia.
“ Mimi kapan pindah kesininya?” tanyanya sambil mengatur nafasnya yang tersendat-sendat abis berlarian.
“ Nunggu selesai semua kak, memang kenapa? Udah nggak sabar ya?”
“ Hisyam suka disini, ramai banyak temannya. Cepet ya mi,bii biar Hisyam nggak kesepian.”
“ Ya makanya kakak bantuin abi sama mimi bersih-bersih, biar cepet selesai dan pindah kesini.” Kata abi.
“ Siap..”
Senangnya melihat kakak hari ini. Banyak aktivitas bisa melupakan gawai yang biasanya tak pernah lepas jika pulang sekolah. Sebetulnya kebiasaan mainan gawai sudah kami larang. Cuma semua itu memerlukan proses. Karena di tempat tinggal kami yang kontrakan dia tidak mempunyai teman sebaya. Itu kadang menjadikan maklum buat kami, yang bisa membuat fatal untuk pertumbuhan anak. Semoga dengan pindahnya kami ke rumah baru, anak kami bisa melepas kebiasaan bermain gawai dan beraktivitas dengan teman-teman barunya.
#tantangan1
#komunitasonedayonepost
#odop_6


1 komentar:

HIJRAH

Membaca buku ini, KHODIJAH belum juga kelar-kelar. Atau semakin menuju ke tahap penyelesaian, tergambar bagaimana kehidupan Khodijah ...