ULAT,
AMPLOP DAN GAWAI
By
amieopee
Sore ini sengaja datang ke rumah baru yang
belum kami tempati dengan membawa berbagai senjata perang ( sapu, kain pel,
pewangi ruangan dan kawan-kawannya ). Kami bertiga berencana mengeksekusi rumah
dengan senjata-senjata yang sudah kami siapkan. Alhasil sampailah kita untuk
mengeksekusi rumah. Bagian belakang dieksekusi oleh abi. Bagian kamar-kamar
sudah bersih dari kemarin. Nah jatah mimi mengeksekusi bagian tengah. Sedang si
kakak paling sibuk karena dia bolak-balik ke depan, tengah dan belakang. Tapi nggak
ngerti yang dikerjain apa. He..he..
Tiba-tiba kakak teriak dari pojok belakang
yang membuat kami kaget.
“ Abi..mimi ada ulat “
Abi dan aku langsung
menghambur mendekati kakak.
“ Mana ?” tanya abi.
Kakak menunjukkan ulat bulu
warna hijau yang dipegangnya tanpa takut.
“ Taruk ! gatal itu kak”
teriakku.
Langsung aja kakak melempar
ulat itu ke tanah. Lalu abi dengan sigap mengambilnya dengan plastik dan
membuangnya jauh ke sawah depan. Setelah kami selesai bersih-bersih, aku
mengeluarkan bekal makanan dan minuman yang sengaja aku siapkan tadi dari
rumah. Dengan lahap kamipun menikmatinya.
“ Bi, Apa nggak sebaiknya
lorong samping itu kita ratakan saja lalu dipaving atau diapakan biar nggak ada
ulat kayak gitu.”
“ Ya, pelan-pelan to mi,
lagian amplop gaji abi kan dah abis
buat keperluan hajatan kemarin di Kudus. Sabaaar”
Aku Cuma diam sambil mikir.
Yang namanya punya rumah baru pinginnya macam-macam. Inilah...itulah, kurang
ini kurang itu. Asthagfirllah..kenapa lupa bersyukur ya? Belum tentu semua
orang punya rumah sendiri. Ini yang sudah diberi rumah harusnya bersyukur dan
tidak meminta lebih.
Kulihat anakku mulai mendekat pada sekumpulan
anak-anak seusianya di depan rumah. Dia anak yang supel dan cepat menyesuaikan
diri. Tidak lebih dari 5 menit dia sudah asyik bermain petak umpet dengan
teman-temanya. Waktu menunjukkan pukul tiga sore lebih lima belas menit. Adzan
Ashar berkumandang. Anak-anak yang tadi bermain berhamburan pulang ke rumah
masing-masing, begitupun anakku. Keringat basah membasahi bajunya. Tapi kuliat
wajahnya berbinar tanda dia bahagia.
“ Mimi kapan pindah
kesininya?” tanyanya sambil mengatur nafasnya yang tersendat-sendat abis
berlarian.
“ Nunggu selesai semua kak,
memang kenapa? Udah nggak sabar ya?”
“ Hisyam suka disini, ramai
banyak temannya. Cepet ya mi,bii biar Hisyam nggak kesepian.”
“ Ya makanya kakak bantuin abi
sama mimi bersih-bersih, biar cepet selesai dan pindah kesini.” Kata abi.
“ Siap..”
Senangnya melihat kakak hari
ini. Banyak aktivitas bisa melupakan gawai
yang biasanya tak pernah lepas jika pulang sekolah. Sebetulnya kebiasaan mainan
gawai sudah kami larang. Cuma semua itu memerlukan proses. Karena di tempat
tinggal kami yang kontrakan dia tidak mempunyai teman sebaya. Itu kadang
menjadikan maklum buat kami, yang bisa membuat fatal untuk pertumbuhan anak.
Semoga dengan pindahnya kami ke rumah baru, anak kami bisa melepas kebiasaan
bermain gawai dan beraktivitas dengan teman-teman barunya.
#tantangan1
#komunitasonedayonepost
#odop_6
Keren artikelnyaaa
BalasHapus