Minggu, 21 Oktober 2018

ANDAI KAU RASA


ANDAI KAU RASA
BY amieopee

Pagi ini aku harus berhadapan lagi dengan bosku. Dua jam tadi aku harus meninggalkan pekerjaanku dengan alasan yang sama. Yang membuat aku bingung aku harus membuat banyak alasan yang berbeda padahal itu adalah rutinitas yang harus aku jalani setiap hari kecuali hari libur.
“ Permisi Pak.” Kataku sambil masuk keruangannya.
“ Oh ya, Adel darimana saja kau? Dari tadi aku cari tak ada.”
“ Maaf pak, tadi..”
“ Ah..sudahlah yang itu kita bahas nanti. Ini memngenai surat ini.” Pak Bos memberikan surat kepadaku.
“ Surat apa Pak?” tanyaku sambil membuka dan membacanya.
“ Itu ada undangan antar perusahaan di Semarang.”
“ Saya pak yang berangkat?”
“ Ya, sapa lagi? Kamu yang berkompeten di bidang ini. Sabtu ini kamu berangkat sama saya.”
Lemas sudah tubuh ini. Nanti anak-anak sama siapa ? bagaimana? Tidak keluar kota saja aku sudah kesulitan menjalani kehidupan ini. Setiap pagi sebelum ke kantor, aku harus mengantar sekolah ketiga anakku terlebih dahulu ke sekolahnya masing-masing. Yang sebelumnya aku harus sudah menyiapkan bekal mereka, karena untuk sarapan dirumah tidaklah mungkin. Jadi aku selalu masak untuk bekal mereka di sekolah. 5 kotak makanan untuk ketiga anakku, aku dan suamiku. Dari rumah pukul 06.00, mengantar si sulung Abel dan anakku Dito nomer 2 di sekolah yang sama. Sengaja kusekolahkan di satu yayaasan yang sama, agar aku lebih mudah antar jemput. Yang pertama kelas 2 dan yang kedua kelas 1. Sedangkan si bungsu berumur 1 tahun. Sejak usia 3 bulan dia sudah tinggal di penitipan. Rasanya mau menangis melihat adek harus dititipin disana. Tapi harus bagaimana lagi. Aku dan suami tak punya saudara di kota ini.
Pulang kerja aku harus membahas ini dengan suami. Bagaimanapun dia harus tahu. Aku bisa bekerja diluar atas ijin suami. Aku harus membantu suamiku karena kebutuhan kami yang semakin membesar. Yang tak akan cukup hanya dengan penghasilan suamiku yang hanya seorang salesman buku. Penghasilanku yang lumayan bisa menopang kebutuhan keluarga sangat membantu kehidupan kami. Dan posisiku di perusahaan ini sangat baik. Tapi kalau aku harus keluar kota, bagaimana dengan anak-anakku.
“ Cuma dua hari kan ma?” tanya suamiku.
“ Ya, tapi apa kalau kamu membolos kerja dua hari tidak apa-apa?”
“ Aku tidak membolos, aku bisa minta ijin untuk tidak keluar kota dua hari ini.
Cukup melegakan jawaban suamiku saat ini. Semoga besok Sabtu akan baik-baik saja. Ijin suamiku lancar dan aku bisa keluar kota dengan tenang.
            Pagi ini, aku tidak mengantar anak-anakku ke sekolah, karena aku dan Pak Bos harus berangkat dari perusahaan pukul 06.00. Sebelum berangkat ke kantor, semua sudah kusiapkan keperluan anak-anakku. Akhirnya akupun bisa dengan tenang menjalankan tugas kantor. 3 jam perjalanan, lancar dan aman. Baru masuk hotel, ada telepon dari suamiku.
“ Ma, kamu sudah sampai?”
“ Baru masuk hotel ini pa.”
“ Ma, aku tidak dapat ijin, bagaimana ini? Anak-anak sudah di sekolah masing-masing. Aku pulang sore, ada nomer yang bisa aku hubungi yang bisa membantu aku ma?”
Aku hanya bengong bingung mau menjawab apa.
“ Ma...ma..kamu masih disana?”

#onedayonepost
#odop_6

2 komentar:

  1. Tulisan ini menyentuhku, menginspirasiku hingga ada tulisan ini, https://endyahku.blogspot.com/2018/10/mendidik-seorang-pria-sama-dengan.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. https://endyahku.blogspot.com/2018/10/mendidik-seorang-pria-sama-dengan.html

      Hapus

HIJRAH

Membaca buku ini, KHODIJAH belum juga kelar-kelar. Atau semakin menuju ke tahap penyelesaian, tergambar bagaimana kehidupan Khodijah ...