Selasa, 20 November 2018

MISTERI MANUSIA BERKEPALA DUA


MISTERI MANUSIA  BERKEPALA DUA
By Amieopee

Setelah kegiatan bimtek yang menguras energi dan pikiran hari ini, kami rombongan guru-guru 13 Mapel se kota, diberikan waktu untuk istirahat. Sebagian ada yang langsung kamar penginapan, tapi sebagian lagi menggunakan waktu ini untuk sekedar jalan-jalan di daerah sekitar tempat Bimtek kami. Termasuk aku.
Istirahat tak harus dengan tidur, menikmati pemandangan hijau daun teh di daerah ini sungguh menyegarkan dan membikin otak yang seharian harus bekerja dengan deretan soal-soal HOTS ini menjadi lebih fresh. Mungkin ini salah satu pilihan yang tepat dari panitia penyelenggara yang memilih tempat yang hijau dan asri. Saatnya aku dan teman-teman merefresh otak.
Kami menapaki jalan setapak diantara deretan hijaunya daun teh. Sangat indah sekali ciptaanNYA. Sesekali kami berselfi untuk mengabadikan keindahan kebun teh. Bersenda gurau mengurangi penat. Tak terasa hari mulai gelap, karena ini memang daerah pegunungan jadi kabut pun mulai menebal. Kami memutuskan untuk turun. Tapi kami sulit menemukan jalan untuk pulang. Keasyikan menikmati pemandangan dan berselfi ria membuat kami lupa, kami telah jauh dari tempat bimtek.
“ Bagaimana ini kok ga tembus-tembus ya jalannya?” tanya Nia temanku yang mulai ketakutan.
“ Kok atap Gedung Bimtek ga keliatan ya? Perasaan tadi kita ada dibelakangnya?” aku juga mulai was-was.
“ aku jadi inget kata bapak penunggu villa tadi.” Heri temanku mulai membuat bulu kuduk kami merinding.
“ APAA? Tanya kami bertiga kompak.
“ Dulu ada cerita tentang misteri manusia berkepala dua.”
“ Yang bener kamu?” tanyaku menyelidik.
“ Maksudnya ada manusia berkepala dua?” kata Nia sambil menghimpitkan tubuhnya diantara aku dan Nita.
“ Masak si? Kok belum pernah denger cerita seperti itu.” Kata Nita tak percaya.
“ Kata Bapak itu, kalau petang datang, manusia berkepala dua itu sering muncul diantara rerimbuan daun teh di kebun teh ini.”
Belum genap ketakutan kami, tiba-tiba ada pergerakkan diantara rimbun daun teh. Serempak kami pun melangkah mundur. Lalu heri dengan sigap melindungi kami bertiga dengan berada di barisan depan. Kamipun berjalan mengendap-endap mengikuti langkah Heri, masih beberapa langkah..
“ Jangan-jangan..manusia berkepala du...”
Belum selesai Heri berkata, dia berlari terbirit-birit. Tanpa diaba-aba, kami bertigapun lari mengikutinya. Kami berlari sekencang tenaga. Dan tanpa terasa kami berada pas di depan villa penginapan.
“ Kalian lagi ngapain?” tanya Robi di halaman villa sedang duduksantai.
“ Adaa seetan disana.” Jawan Heri sambil ngos-ngosan menata napas.
Kami bertiga hanya bisa duduk lemas diatas rerumputan.
“ Setan apa?”
“ Setan berkepala dua..” jawab Heri.
“ Hahaha” Robi malah tertawa mendengar penjelasan Heri.
“ Kamu kebanyakan nonton film horor sih, dah sana mandi. Bentar lagi Maghrib terus kita masuk lagi.” Kata Robi sambil meninggalkan kami berempat yang masih kebingungan.
“ Lalu tadi kelas itu apa ya?” tanyaku masih penasaran.
Tiba-tiba, bapak penjaga Villa muncul dari samping villa.
“ Manusia berkepala dua?” tanyanya
“ Emang betulan ada?”
“ Ada. Biasanya muncul kalau mau petang. “
“ Sungguh?”
“ Ya, liat motor yang baru lewat barusan?”
Kamipun melihat motor yang baru melewati kami, dinaiki sepasang muda-mudi yang asyik bersenda gurau.
“ Kenapa dengan mereka?” tanyaku penasaran.
“ Mereka akan menjelma menjadi manusia berkepala dua.”
“ Hah? Maksudnya?” tanya Nia sambil melototkan matanya.
“ Ya, setelah mereka berada dirimbunan daun teh badan mereka tak terlihat tapi hanya kepalanya yang kelihatan.”
Kami berempatpun tertawa. Ada-ada saja Bapak ini.
“ Emang mereka bukan warga sekitar sini? Tidakkah ada tindakan dari masyarakat sekitar sini untuk mencegah perilaku remaja yang menyimpang itu?”
“ Sudah mbak, tapi namanya anak-anak sekarang selalu saja mencari celah.” Jelas Bapak tersebut.
Tetap saja orang tua menjadi penanggung jawab terbesar bagi perkembangan anak-anaknya, selain guru di sekolah. Pendidikan Agama menjadi pondasi yang paling penting. Semoga tidak ada lagi manusia berkepala dua, jika kita Guru, orang tua dan masyarakat bersinergi.

#tantangantemabebas
#kelasfiksi
#onedayonepost
#Odop_6




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HIJRAH

Membaca buku ini, KHODIJAH belum juga kelar-kelar. Atau semakin menuju ke tahap penyelesaian, tergambar bagaimana kehidupan Khodijah ...