Senin, 31 Desember 2018

KAMU EMANG KEREN ODOP


KAMU EMANG KEREN ODOP
By Amieopee

Aku memang suka menulis dan membaca. Menulis buku harian dan status di sosial media, He..he. tentu saja tulisan-tulisanku hanya berisi curhatan emak-emak. Mengalir saja yang ada dalam hati. Tidak melihat rambu-rambu, apakah tulisanku itu sudah sesuai EYD atau struktur yang benar. Asal aja.
Suatu saat, aku ikut kelas on line bukan kelas penulisan. Disitu terdapat tugas untuk menuliskan aliran rasa. Dari situ, ada teman sekelas yang memberikan masukan. Temanku bilang, tulisanku enak dibaca, tapi masih perlu belajar tentang EYD. Lalu aku tanya sama beliau, aku mau dong belajar. Dan dari temanku itu aku tahu tentang Odop.
Masih penasaran dengan Odop, aku lihat di facebook, ada pendaftaran kelas Odop. Dan kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Setelah aku daftar sesuai persyaratan, Alhamdulillah aku bisa masuk kelas Odop.
Perasaan bercampur aduk saat masuk kelas ini. Bagaimana tidak, di kelas ini banyak penulis-penulis handal dan berpengalaman. Sedangkan aku? Rempahan peyek-peyek yang tidak ada apa-apanya. Sumpah awal masuk kelas, aku minder bukan kepalang. Membaca tulisan teman-teman yang Aduhai membuat nyaliku semakin kecil.
Perasaanku kucurahkan pada tulisan-tulisanku di blog. Tapi bukan Odop namanya, disini aku mendapat teman-teman yang luar biasa. Mereka tidak memandang sebelah mata. Mereka memberikan motivasi buatku yang pemula ini untuk terus menulis. Aura-aura positif mereka memberikan energi positif untukku.
Cara kerja Odop yang profesional dan kekeluargaan membuatkan percaya diri untuk menulis. Tugas harian yang melatihku untuk terus menulis dan belajar konsisten serta bertanggung jawab. Ini yang beda dengan kelas menulis lainnya. Para piji yang sabarnya minta ampun, makasih banyak bersedia mendampingiku sampai detik ini. Dari aku yang tidak tahu apa-apa, sekarang sedikit tahu tentang prosa, puisi,history, drama dan masih banyak lagi. Aku jadi mau belajar mencari buku-buku untuk pemenuhan tugas dan lain sebagainya.
Banyak nara sumber dan tamu  tamu spesial yang dihadirkan dikelas ini. Aku bisa berbincang-bincang dengan penulis terkenal. So sweet banget dah. Kelas ini akan berakhir, rasanya campur aduk. Tidak ada balasan yang layak untukmu Odop. Hanya terima kasih banyak atas ilmunya. Bersamamu aku bisa. Aku yakin itu. Makasih semua teman-teman, pije yang super keren. I love you all. ODOP memang paling keren.

#onedayonepost
#tantanganterakhir
#Odop_6

Sabtu, 29 Desember 2018

1998 ( versi revisi )

1998 ( versi revisi )
By Amieopee

Kucari sosok diantara barisan pendemo. Tapi tak kutemukan. Semua jaket almamater warna biru berjejer sambil mengelu-elukan lengsernya sebuah kekuasaan orde baru. Aku memang bukan seorang aktivis kampus. Tapi aku harus ikut di dalam barisan ini, bukan karena ikut demo tapi karena mencari sosok Dirgantara. Ya dia adalah salah satu aktivis kampus dimana aku belajar. Dia adalah seseorang yang dekat denganku setahun ini.

Tahun 1998
Tahun ini adalah tahun ketiga aku belajar di kampus ini. Aku Ananta, anak dari seorang abdi negara dengan gaji pas-pasan untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi Bapakku selalu menanamkan kepada anak-anaknya untuk bisa melanjutkan kuliah setinggi-tingginya. Bapakku harus bekerja lagi sepulang kantor dengan menjadi pemangkas rambut dan berjualan kain batik demi membiayai anak-anaknya kuliah. Pesan bapakku setiap kali beliau berkumpul dengan anak-anaknya. Saat  aku harus berangkat kuliah keluar kota, aku diingatkan lagi bahwa aku harus selalu ingat bagaimana orang tuanya mencari nafkah untuk biaya kami kuliah, jadi kami tidak bermalas-malasan dalam menuntut ilmu. Kata-kata Bapak yang selalu teringat dalam kepalaku adalah urip iku koyo main ketropak. Ono wayange ono seng jalanke, yaiku Gusti Allah. Nglakoni seng kudu dilakoni. Tapi ora mung nrima. Kudu usaha lan donga. ( Hidup itu seperti sandiwara. Ada pemain ada yang menjalankan yaitu Allah. Menjalankan apa yang harus dijalankan. Tidak hanya menerima, harus usaha dan berdoa.)

Tahun ini, 1998 adalah tahun krisis moneter. Yang selalu aku ingat adalah pesan Bapak. Yaitu belajar sungguh-sungguh, karena aku bukan anak orang kaya. Aku  kuliah karena kerja keras orang tuaku, makanya aku tidak terlena untuk ikut-ikutan demo. Bukan aku tak punya jiwa solidaritas atau cinta Negara. Tapi tujuanku belajar dan belajar untuk dapat nilai yang terbaik dan lulus tepat waktu. Aku tak mau usaha orang tuaku sia-sia.



Masih di tahun 1998
Aku tetap menerobos diantara barisan mahasiswa-mahasiswa yang sedang berdemo. Akhirnya kutemukan sosok itu. Kutarik lengan bajunya untuk menepi keluar barisan.
“ Ada apa sih?” tanyamu kesal.
“ Kamu tidak pernah menggubris omonganku, kenapa kamu masih ikut demo? Janjimu padaku apa?”
“ Aku tak bisa berpangku tangan, mereka mengirimi bingkisan pakaian dalam. Kamu tahu artinya apa?”
“ Peduli apa dengan pakaian dalam? Keselamatanmu lebih penting. Kamu liat teman-teman kita yang tertembak? Apa peduli mereka?” jawabku penuh emosi.
“ Harga diri! Harga diri kita diinjak-injak! Kamu tak pernah paham!”
“ Persetan dengan pakaian dalam! Kutang? Sempak? Apa? Ini kan pakaian dalam itu!”
Kuhamburkan bingkisan yang dikirim kelompok demo lainnya yang kubawa dari kampus. Kutumpahkan di depan Dirgantara. Kuinjak-injak dengan penuh emosi.
“KAMU!” hampir saja tangan Dirgantara terdampar dipipiku. Tapi terhenti. Tatapan tajam matamu menusuk hatiku. Sangat jelas garis amarah yang tertahan diwajahmu. Kamu meninggalkanku dan masuk ke barisan pendemo lagi.
Aku terdiam mematung diantara kerumunan orang-orang pintar yang tiba-tiba bodoh. Orang-orang yang hanya berdiri disini demi kepentingan golongan tertentu. Mereka tidak sadar dimanfaatkan. Sama seperti kamu Dirgantara. Aku mencintaimu. Aku tak mau kamu mati sia –sia seperti dua teman kami tertembak karena menyuarakan keadilan yang entah keadilan yang bagaimana. Aku tak peduli semua itu. Aku hanya keselamatanmu dan teman-teman semua yang aku merasa kita para mahasiswa hanya untuk alat untuk pencapaian tujuan-tujuan golongan tertentu. Dan kamu dan teman-teman berdemo hanya karena merada harga diri yang diinjak-injak hanya karena dapat kiriman bingkisan pakaian dalam yang katanya menggambarkan kalian tak punya nyali untuk membela keadilan. Entah keadilan macam apa.

Suasanapun tambah mencekam. Bunyi tembakan dimana-mana. Hujan buatan yang diciptakan untuk para pendemopun mulai membasahi bumi pertiwi. Tak terlihat lagi mana teman mana lawan. Mereka beradu tindih, entah memperjuangkan siapa. Aku mulai menepi. Karena sosok yang ingin kuselamatkan dari keegoisan sudah tak tampak dipelupuk mata.



Tahun 1998, pukul 23.00
Aku baru saja mendapat kabar dari Andi, kalau Dirgantara kena tembak. Dia sekarang sudah berada di rumah sakit. Akupun menuju kesana dengan perasaan tak menentu. Kukuatkan hati agar aku sanggup menjalankan motor bebeku sampai ke tempat tujuan. Walaupun beribu tanya dihati berkecambuk. Kuberlali dikoridor rumah sakit, sambil mencari sosok-sosok yang mungkin ku kenal. Ku lihat segerombolan pemuda berjaket biru dengan keadaan yang mengenaskan. Darah dimana-mana.
“ Andi, mana Dirga?”
“ Dirgaa..”
“ Kenapa?”
Perasaanku sudah tak karuan. Aku menerobos masuk ke kamar IGD. Disana kulihat sosok yang sudah terbujur kaku. Tubuhku lemas seketika. Tulang-tulangku tiba-tiba kaku. Mulutku tak bisa berkata. Tangiskupun tak mengeluarkan airmata. Dirgantara menghembuskan nafas yang terakhir. Rasanya tak percaya siang tadi aku masih berdebat denganmu. Andai kamu mau mendengarkan aku tadi, tahun ini kita bisa wisuda bersama.


#onedayonepost
#Odop_6

Kamis, 27 Desember 2018

RESUME PEMAKNAAN ULANG KARYA ( FARRAHNANDA )


RESUME
PEMAKNAAN ULANG KARYA ( FARRAHNANDA )
By Amieopee

FARRAHNANDA adalah tamu khusus yang di datangkan ke group Odop kelas fiksi tanggal 23 Desember 2018. Kesibukan beliau selain jadi Penulis, yaitu  ngedit sama kurasi naskah di basabasi muda.
Perkenalan malam itu tak begitu detail, momodnya aja abis mempersilahkan tamu, nggak tahu pergi kemana, ya sudahlah...
Kata mba Farrah yang terus lg berusaha rajin membaca ini, beliau akan membawakan materi tentang Pemaknaan Ulang Karya. Akujuga belum ngeh, mari kita simak bersama.
Pertama - tama, mari sadari bahwa karya hanyalah seonggok teks/gambar/audio/gambar bergerak tanpa adanya pemaknaan dari pembaca/penonton/pendengar. kata-kata yg aku tulis ini pun hanyalah teks tak bermakna kalau tak ada pembaca yg berusaha memaknai maksud di balik kata-kataku ini.
Orang – orang  yg membuat karya tsb mempunyai tanggung jawab sebatas pada karya tersebut, bukan pada pemaknaan org lain thd karya mereka. sementara kita tahu, ratusan atau ribuan penikmat karya tsb pastilah terisi dari referensi yg berbeda. Misal, ketika membaca kata 'bunga', seorang anak ekonomika/bisnis bisa saja lsg membayangkan bunga (rate) dalam bentuk persentase, sedangkan anak agrikultur membayangkan sebenernya bunga. jadi pemaknaan kata bunga td jelas tidak bisa beragam (dg asumsi kata tsb tidak diawali/diakhiri kata lain dan tdk dalam konteks tertentu). Jelas  tidak bisa seragam.  Keragaman  pemaknaan inilah, sebuah karya akan lebih hidup lagi jika mendapat respons dari pembaca/pendengar/penonton, dalam bentuk apa pun. bisa dalam bentuk kritik, resensi, atau pembuatan karya serupa.
Pemaknaan  ulang ini bisa dalam bentuk apa sajakah?
Macam - macam. ketika menulis ulang cerita sangkuriang dg membuat cerita tsb jd relevan dg konteks zaman, ini juga bisa disebut pemaknaan ulang.
Apakah  ini diperbolehkan? apakah tidak melanggar hak cipta? apa bedanya dg plagiat?
Ada  banyak pendapat ttg plagiarisme dalam berkarya. menurutku plagiat hanya bisa distempel ke sebuah karya ketika tidak ada usaha utk melakukan pemaknaan ulang atas karya tsb. misal, jelas2 copy-paste sama persis. atau hanya mengubah susunan adegan tapi inti cerita tidak ada yg berubah.
Tidak  ada yg benar2 baru di dunia ini. Secara sadar atau ngga sadar, kita pasti melakukan repetisi/pengulangan atas karya lain, apalagi yg cukup memukau bagi kita. ini sebetulnya beda bahasan, tp krn relevan.
Setuju  ngga setuju sih. bbrp karya baik mempunyai kecenderungan untuk memantik respons penonton/pembaca/pendengarnya. tp karya yg tidak menginspirasi pun blm tentu itu tidak baik, bisa aja saking baiknya karya ini satu2nya cara meresponsnya adh dg membiarkan karya tsb sbg apa adanya. Selama  karya yg dibuat merupakan hasil pemaknaan ulang, karya tsb jelas bukan plagiat. ranah selain itu masih diperdebatkan~

#onedayonepost
#tugasresumekelasfiksi
#Odop_6

HIJRAH

Membaca buku ini, KHODIJAH belum juga kelar-kelar. Atau semakin menuju ke tahap penyelesaian, tergambar bagaimana kehidupan Khodijah ...